Bab 10 - Cerita Senggang : Sarona


Itu ketika kami menghadapi bandit yang menculik Siena di hutan itu aku bertemu dengan dia.

Sewaktu aku sedang mencari kesempatan untuk menyelamatkan Siena dari para bandit, dari arah bandit aku menembak dengan sebuah panah, pria lain muncul. Dia mengenakan pakaian yang kelihatannya terbuat dari bulu dan kulit monster. Dia tidak punya pedang, atau lebih tepatnya dia tidak membawa  senjata atau apapun. Aku ingin tahu apa yang dia lakukan di dalam hutan.... aku rasa tidak ada permusuhan jadi aku memutuskan untuk mengabaikannya.

Salah satu bandit mulai berjalan menuju pria itu tapi dalam sekejap mata, dia datang ke sini dan menyelamatkan Siena. Menggunakan kesempatan ini aku membunuh bandit dengan sihirku. Ini telah berakhir, tanpa disadari aku berpikir begitu. Aku menyampaikan ucapan terima kasih kepada orang yang menyelamatkan Siena.

Tapi, entah kenapa dia menjadi kaku ketika melihatku. Aku ingin tahu kenapa? Apakah ada sesuatu di wajahku?

「Baiklah, aku sudah memutuskannya~~~!!!!!」 (Wazu)

Aku tidak mengerti apa yang dia bicarakan.

Setelah itu, kami mengetahui bahwa nama penyelamat Siena adalah Wazu. Dia bertanya tentang lokasi dari kota terdekat, tapi kami malah memandunya ke desa Elf. Aku berjalan di depan sebagai pemandu, di belakangku, Siena menempel ke Wazu-san, Yuyuna dan Ruruna juga berbicara banyak dengan dia. Mereka kelihatan bersenang-senang....

Ibu Siena datang berlari menuju kami dari dalam desa dan mereka mulai memeluk satu sama lain, itu bagus semuanya telah selesai....

Rupanya Wazu-san akan tinggal di tempat Yuyuna dan Ruruna untuk sementara waktu. Aku diberitahu oleh keduanya. Sungguh, kelihatannya menyenangkan....

--「Kau akan menginap?」-- aku menolak ketika Ruruna menanyaiku. Seseorang sepertiku hanya akan merusak sausana....

Aku tidak pernah melewatkan latihanku sejak aku masih kecil. Tanpa aku sadari, orang-orang di sekitarku mulai memperlakukanku sebagai seorang jenius, aku benar-benar bekerja keras untuk memenuhi harapan mereka. Akhrnya aku berdiri di puncak dari elf lain sebagai Morito, tapi ketika aku melihat ke belakang aku sendirian. Teman atau kekasih, tiada seorang pun yang ada untukku. Namun, Yuyuna dan Ruruna masih memperlakukanku setara.

Sungguh hidup yang kesepian....

Tapi Wazu-san berbeda, dia sering berbicara denganku. Kami juga pergi ke hutan untuk memetik tumbuhan dan tanaman yang dapat dimakan bersama. Itu tidaklah spesial tapi aku bahagia.

2 minggu telah berlalu sejak Wazu-san datang ke desa ini.... aku pikir sesuatu telah berubah di dalam diriku. Aku merasa bahagia setipa kali Wazu-san berbicara kepadaku, dan kemudian hatiku menjadi tenang. Tapi, melihat Wazu-san berbicara kepada wanita elf lain, Aku merasa agak sakit di dadaku, itu benar-benar tidak menyenangkan.

Ruruna.... kau sedikit terlalu dekat dengan Wazu-san....

Dan kemudian, pada hari tertentu ada panggilan dari kepala desa. Gazuna menantangku berduel, dan lagi ada kondisi dimana yang kalah harus meninggalkan desa. Tentunya Gazuna itu seorang yang tak menyenangkan, tapi dia masih sesama orang desa. Aku tidak bisa meremehkan kekuatannya, tapi aku tidak berpikir diriku akan kalah. Karena dia yang mengajukan duel, harusnya ada resolusi dan keputusan yang cukup besar.

Aku ingin tahu apakah aku harus menerimanya atau tidak. Tidak, aku harus menerimanya, aku mengerti itu semua. Tapi masih, aku tidak bisa membulatkan pikiranku. Karena itu.... kakiku pergi ke tempat Wazu-san seakan itu hal yang wajar. Aku hanya ingin berada di dekatnya sampai aku bisa memperkuat tekadku.

Pada hari berikutnya aku menghadapi Gazuna.

Aku dikejutkan oleh kekuatan jubahnya. Namun itu tidak akan cukup untuk mengalahkanku tapi tiba-tiba segerombolan monster memenuhi desa, jujur aku tidak tahu apa yang harus kulakukan. Meskipun mereka dari kaki gunung, minimal itu masih peringkat B bercampur dengan beberapa monster peringkat A. Itu monster yang aku sendiri tidak bisa menang melawannya. Hatiku penuh dengan frustasi.

Aku mencoba merapal sihir tapi tak ada kata yang keluar. Aku tidak akan ragu untuk menggunakannya pada bandit atau monster, tapi Gazuna masih sesama penduduk desa. Meskipun aku membencinya, aku masih tidak bisa mengarahkan sihirku kepadanya....

Dan kemudian Wazu-san muncul di depanku.

Haa? Wazu-san? Bagaimana bisa kamu berada di sini? Ketika aku melihat sekilas ke belakang Wazu-san, Sejumlah besar mayat monster tergeletak di sekitar.

「~Aku mendukungmu! Semoga berhasil!」 (Wazu)

Haa? Apa yang kamu katakan? Kamu akan mengusir monster-monster? Itu bohong kan? Tapi entah kenapa monster-monster melarikan diri dari desa....

Ah itu bagus kalau Wazu-san tidak terluka.

Sihir Gazuna sepertinya akan segera habis tapi dia masih tidak mau menyerah dan bermaksud untuk memperpanjang pertarungan, akan tetapi aku akan mengakhiri ini segera.

Gazuna menelan bola merah dan tubuhnya berubah. Penampilannya itu bukan lagi seorang Elf, dia terlihat seperti makhluk yang berbeda seakan sesuatu yang disebut "Iblis" yang muncul dalam cerita.

Aku memfokuskan mataku kepadanya, tetapi karena kelelahan tubuhku sedikit terlambat untuk bereaksi. Aku menusuk pisau pada saat terakhir namun serangannya tidak berhenti. Tubuhku terhempas menuju penghalang. Entah bagaimana aku masih memiliki kesadaranku tapi tubuhku tidak bisa bergerak, di depanku Gazuna menghancurkan pisau favoritku dengan tangan kosong.

Sialan....

Waktu aku melihat Wazu-san di sisi lain penghalang aku menyuruhnya untuk melarikan diri bersama semua orang. Namun khawatir seperti itu tidak perlukan---

*pariiiiiin*

Penghalangnya hilang. Tidak, itu di hancurkan. Wazu-san.... apa-apaan kamu ini....?

Wazu-san memojokkan Gazuna yang berubah. Sementara itu aku perlahan-lahan berdiri dan memeriksa kondisi tubuhku. Dan kemudian hal tersebut telah memasuki telingaku

「~karena aku menyukai Sarona-san!!!」 (Wazu)

. . . . . . . Eeeeeeeeeh?

Sekarang, apa yang kamu katakan? Suka? Dia menyukaiku??

Wajahku. . . tidak, seluruh tubuhku menjadi panas. Jantungku berdetak begitu cepat membuatnya agak sakit.

Kenapa kamu tidak melihat padaku? Wazu-san....

Akhirnya Wazu-san memutar tubuhnya dan mata kami saling bertemu, tapi tiba-tiba kepalaku menjadi kosong---

Ap-Apa yang harus kulakukan. . .

「....yah.... itu.... tentang perkataan Wazu-san barusan....」 (Sarona)

Seluruh wajahku panas....

「Aku menghargai.... perasaanmu....」 (Sarona)

Aku tidak bisa melihat wajah Wazu-san karena aku menunduk agar dapat mengalihkan mataku.

「Aku minta maaf!!!」 (Sarona)

Bukan itu! Itu bukan hal yang ingin kukatakan! Jujur, apa yang kulakukan!

「Tapi---」 (Sarona)

Aku mengangkat wajahku, tapi hanya terlihat sosok Wazu-san yang berlari pada kecepatan yang luar biasa.

Eh.... Eeeeeeeeh?

Wazu-san kau terlalu cepat.... tunggu aku.... pengakuanku.... masih belum selesai....

. . . . . . . . . pengakuan?

Ah begitu.... Aku mengerti itu sekarang...

Aku juga suka padamu Wazu-san....

Akhirnya aku menyadari perasaanku, anehnya hatiku terasa ringan dan tidak sengaja aku tersenyum.

「「. . . . Sarona」」 (Yuyuna & Ruruna)

Tiba-tiba aku mendengar beberapa suara, ada Yuyuna dan Ruruna yang melihat kepadaku.

「Dia sudah pergi.... orang itu!」 (Yuyuna)

「Pahlawan yang menyelamatkan desa dan Sarona.... eh? Sarona? Jangan bilang kau?」 (Ruruna)

Ruruna melihat ekspresiku, kelihatannya dia tahu perasaanku. Apakah wajahku begitu mudah dibaca. . . . ughhh.... aku buru-buru menutup pipiku. Aku tidak mengerti diriku.

「Sungguh? Kau.... kepadanya....~」 (Ruruna)

「Bukan seperti itu」 (Sarona)

Aku membantah perkataan Ruruna tapi aku telah memutuskannya dalam hatiku....

Aku akan mengejar Wazu-san dan kemudian aku akan menyampaikan perasaanku. Bahkan jika saat itu ada orang lain di sisinya, aku tidak akan kalah!!

Pertama-tama, aku akan mengundurkan diri dari Morito.... dan kemudian... kelihatannya akan membutuhkan beberapa waktu, tapi aku pasti akan menemukanmu!! Bersiap-siaplah Wazu-san!!

「Untuk saat ini ada sesuatu untuk dilakukan, bukan?」 (Yuyuna)

Kepalaku dipenuhi Wazu-san. Aku melihat ke arah yang Yuyuna tunjuk, Gazuna ada di tempat itu.

「Eh? Tinggalkan saja dia sendirian! Aku punya masa depanku untuk dipertimbangkan atau lebih tepatnya biarkan kepala desa saja yang menanganinya. Jujur, sekarang aku bahkan tidak peduli apakah dia hidup atau mati.... jaa nee!!」 (Sarona)

Aku memutar tumitku untuk pergi dan dengan *pokkan!* Yuyuna dan Ruruna yang menunjukkan wajah heran.