Bab 41 – Yang Harus Dimiliki Adalah




Aku jatuh merangkak di depan tempat Garret-san yang tak ada penghuninya lagi. Aku perlahan berdiri dan mulai berjalan sempoyongan menuju penginapan sambil menyaksikan kakiku bergerak langkah demi langkah. Keyla-san mencoba memanggilku ketika dia melihat diriku sampai, tapi waktu melihat kondisi depresiku, dia segera pergi ke kasir dan menyerahkan kunci padaku.

「Ada apa dengan wajah itu? Aku tidak tau apa yang terjadi, istirahat saja hari ini!」 (Keyla)

Dia bilang begitu dan dengan ringan mendorong punggungku. Aku ringan mengangguk untuk membalas dan memasuki kamar biasanya. Di dalam kamar, aku melemparkan tubuhku ke kasur dan tidur....



Lula membawakanku makanan.
Aku makan sedikit.
Dia bilang untuk semangat.
Aku tidur.



Si Botak datang.
Dia bermuka yang kelihatannya terasa canggung.
Aku tidur.



Keyla-san membawakanku makanan.
Dia menepuk punggungku dengan *bashi-bashi*
Aku tidur.



Ketika aku menyadarinya, Meru menepuk kepalaku dengan *pon-pon*.
Apa kau mencoba meghiburku?
Terima kasih.
Aku tidur.



Lalu setelah dua hari, pintu terbuka dengan dahsyat. Aku perlahan menoleh ke pintu, di sana ada Orlando yang berpakaian kasual memikul tas besar. Orlando masuk dengan *zuka-zuka* dan meraih bahuku.

「Aku sudah dengar situasinya dari Regan-san!! Ayo pergi!!」 (Orlando)

Ke mana?

Orlando menarik dan membawaku keluar. Tunggu!? Apa sih yang kau lakukan!? Tolong tinggalkan aku sendirian!! Atau tepatnya, apa yang si Botak itu seenaknya bicarakan!

Orlando membawaku ke tempat yang sedikit jauh dari kota, itu adalah dataran suram tanpa apa-apa.

「Apa yang ingin kau lakukan dengan membawaku ke tempat seperti ini?」 (Wazu)

Setelah dia mengambil jarak yang tak masuk akal dariku, Orlando mengeluarkan pedang kayu dari tas yang dia bawa dan mengarahkan ujungnya padaku.

「Apa? Apa kau meminta duel?」 (Wazu)

Maa~, kurasa sesuatu seperti itu. Wazu, demi mengantisipasi kekuatanmu, aku ingin kau berlatih denganku. Temani aku sebentar---

saja!!」 (Orlando)

Orlando maju untuk menebasku mengunakan pedang tetapi aku menghindari itu dengan setengah hati. Meskipun aku tidak akan terluka bahkan jika serangan itu mendarat.

Naa, sebenarnya apa yang ingin kau lakukan?」 (Wazu)

Aku bertanya sambil menghindari tebasan, tapi Orlando hanya memberi senyum menyegarkan.

「Terkadang ketika suasana hati sedang gelap, jika kau pergi keluar seperti ini dan menggerakkan tubuhmu, biasanya akan membuat dirimu merasa baikan」 (Orlando)

Fu~n....」 (Wazu)

Terutama, aku tidak merasa lebih baik. Selain itu, aku hampir tidak berpindah sejak ini dimulai. Juga, apa aku boleh pulang?

「Selain itu, aku ingin memberitahumu sesuatu」 (Orlando)

「Memberitahuku sesuatu?」 (Wazu)

「Ah.... meskipun itu hanya pendapat pribadi」 (Orlando)

Kemudian, Orlando menghentikan gerakannya. Sebelum aku bisa bereaksi, sebuah tusukan mendarat di dadaku.

「Wazu!! Kau, enggak keren lho!!」 (Orlando)

「Guhaaat!!!」 (Wazu)

Kritikal Hiiiiiit!!! Aku memegangi dadaku. O-Orang ini… … tiba-tiba berkata begitu… …Ugh… … aku tau kalau mukaku itu biasa saja… aku tidak tampan sepertimu… tapi aku tak’ ingin menangis…

「Kenapa kau terlihat seperti ingin menangis… apa kau salah paham tentang sesuatu?」 (Orlando)

「Apa!? … aku tau kalau mukaku tak’ setampan dirimu…」 (Wazu)

「Bukan begitu!! Bukan berarti aku bermaksud mengatakan hal seperti itu!! Tapi, terima kasih!!」 (Orlando)

Yoshh, ayo bunuh dia. Jika aku bersungguh-sungguh memukulnya. Bintang saja bakal hancur.

「Dengar, apa yang ingin kukatakan adalah keadaanmu saat ini tidak keren!! Memang, telah terbuang setelah digunakan oleh wanita yang kau sukai, sebagai pria aku merasa iba padamu」 (Orlando)

Guhhaaa!!!

Sialan... bisa jadi kalau dia mencoba membunuhku dengan kata-katanya...

「Akan tetapi, dirimu yang sekarang itu apa!! Cuma depresi dan tiduran doang!! Itu, seharusnya bukan begitu, ‘kan!!」 (Orlando)

「Hadapilah kenyataan jika kau pria!!」 (Orlando)

「Berbanggalah dengan apa yang telah kau selamatkan!!」 (Orlando)

「Tentu saja kau telah dibuang. Tapi dia menjadi tersenyum lagi. Begitu tak’ apa!! Biar kuberitau ini---」 (Orlando)

「Kau seorang pria ‘kan!!」 (Orlando)

Bukannya dengan pedang kayu, Orlando malah memukulku dengan tinjunya. Aku menerima tinjunya dan rasa nyeri menjalar pada pipiku. Aku mengerti kalau dia memukulku dengan serius untuk menyampaikan kalau apa yang dia katakan juga serius.

Ah. . . . .

Kau beneran keren, Orlando....

Air mataku mulai meluap secara alami. Mengalir ke tinju Orlando melalui pipiku. Tapi tetap saja, dia menatap lurus kepadaku.

「Apaan ini.... kenapa kau mengatakan kata-kata seperti itu kepadaku....」 (Wazu)

Orlando menarik tinjunya dan mengepalkannya dengan erat.

「Aku tidak tau apa yang kau pikirkan tapi---」 (Orlando)

Dia mengarahkan tinjunya kearahku.

「Bagiku, kau adalah temanku!! Itulah kenapa aku mengatakan ini kepadamu!!」 (Orlando)

Begitu ya... teman ya.....

「Teman yang buruk.... apa kau selalu memukul seseorang yang kau anggap sebagai teman?」 (Wazu)

「Karena kita teman!」 (Orlando)

Jangan tersenyum begitu, itu terlalu pas untukmu

「Begitu ya... jika itu teman, akankah kau tetap diam soal ini?」 (Wazu)

「Tentu saja!」 (Orlando)

Orlando berkata begitu dan memalingkan tubuhnya ke sisi lain.

Aku jatuh berlutut, dan terus menangis dengan keras.

Setelah menagis sebentar, anehnya aku merasa segar. Seperti yang Orlando katakan, karena aku mampu menyelamatkan Tata, aku memutuskan kalau itu cukup. Masih terasa sakit ketika aku memikirkan mengenai apa yang cewek bertelinga kucing itu katakan.... itu juga membuatku mengingat soal Aria dan Sarona-san.... tapi temanku mendukungku. Aku berhasil berdiri dan menatap ke depan. Ketika aku menyeka air mataku di belakang, 「Merasa baikan?」 kata Orlando sambil tersenyum.

「Yah, aku merasa mendingan」(Wazu)

「Itu bagus」 (Orlando)

「Baiklah!! Kalau begitu, bagaimana kalau kita melanjutkan latihannya?」(Wazu)

「Tidak..... itu bukan maksudku membawamu kesini...」 (Orlando)

「Pikiranku sudah tenang! Sebagai teman, aku akan menemanimu berlatih secara menyeluruh!!」 (Wazu)

Setelah itu, aku memaksanya untuk berlatih.