Bab 44 - Walau Itu Terkenal, Aku Tidak Tau Apa Yang Tidak Kuketahui


Pria itu terus saja berbicara sambil mengabaikan ucapanku. Eh? Kapan kita mulai? Cepatlah dan maju sini.

「Kelihatannya kau tidak tau siapa aku?」

「Oh, dia tidak tau siapa Aniki? Dia palingan cuma datang dari desa terpencil!!」

「Gyahahaha!!」

「?」 (Wazu)

Tidak, aku beneran tidak tau dan aku tidak peduli sama sekali.

「Aku akan memberitahumu jika kau tidak tau!! Aku adalah adik dari pemimpin bandit agung Digondo Bersaudara, Gondo」 (Gondo)




「. . . . .」 (Wazu)




Aku memiringkan kepalaku. Memikirkannya lagi aku masih tidak tau, aku tak pernah dengar nama dan semua tentang dirinya. Bandit lainnya menambahkan penjelasan dengan suara nyaring.

「Tidak, itu mustahil dia tidak tau!!」

「Ini soal Digondo bersaudara yang sedang kita bicarakan!!」

「Yang melakukan segalanya dari pemerkosaan, pembunuhan, perampokan, dan tindak kriminal lain!!」

「Ada bounty untuk kepalanya loh!!」

「Itu 100 koin emas tidak kurang loh!!」

「Bahkan petualang B-rank bukan tandingannya!!」

「Dan Gondo-sama ini adalah saudaranya」 (Gondo)




「Heee~」 (Wazu)




「「「「Ada apa dengan reaksi lemah itu!!!」」」」

Hah? Apakah itu mengejutkan? Cuma petualang B-rank, 'kan? Itu bukan masalah besar. Tapi imbalan 100 koin emas.... apakah Orlando tau soal ini? Tunggu sebentar.... jika adiknya di sini, apakah itu berarti Orlando lagi menuju ke kakaknya.... akankah dia baik-baik saja? Kurasa tak ada masalah jika itu pertarungan 1 lawan 1, tapi jika ada banyak lawan, atau jika mereka menjadikan penduduk desa sebagai sandera....

Yosshi, aku bakal membereskan orang-orang ini dengan cepat dan menyelamatkan penduduk desa.

「Sudah cukup.... kalian semua singkirkan dia!! Tapi hati-hati menangani anak dragon di kepalanya karena kita bisa menjualnya untuk harga super tinggi nanti!!」 (Gondo)

「「「Ouu!!」」」

Bandit lainnya menyerang sekaligus. Pedang, pisau, hand axe, dll. mereka dipersenjatai dengan berbagai jenis senjata. Aku mencoba untuk tidak menjatuhkan Meru dari kepalaku sembari menghindari serangan mereka. Aku menyesuaikan kekuatanku sampai tingkat tertentu agar tidak membunuh setiap orang dan memukul mereka semua dalam satu serangan.

「Hoi! Hoi! Hoi!」 (Wazu)

Bandit-bandit yang dikalahkan terkumpul di satu tempat dan menumpuk layaknya gunung. Gundukan berangsur-angsur menjadi lebih besar sementara bandit-bandit yang mengepungku mengalami penurunan. Menyadari situasi tidak normal, sisa bandit itu ragu-ragu untuk datang kepadaku jadi sebagai gantinya aku mendatangi mereka.

Saat ini, hanya ada dua orang yang tertinggal berdiri di tempat ini, aku dan adik dari apalah. Saat aku menyapu debu dari bahuku, adik ini mengangkat suaranya sementara gemetar.

「A-A-A-Apa-apaan kau ini.... bisa mengalahkan sejumlah orang sesingkat ini....」 (Gondo)

「Bahkan jika kaumenanyakan itu padaku.... Ah!! Untuk sekarang aku hanyalah petualang F-rank, kurasa?」 (Wazu)

Kalau dipikir-pikir, di mana aku menaruh kartu guild-ku lagi. Ada berbagai hal untuk diingat dan itu benar-benar jadi konflik di kepalaku. Ketika aku tiba di kerajaan, aku perlu mengisi aplikasi untuk menaikkan rank-ku.

「I-Itu bohong!! Dengan kekuatan yang begitu besar, itu mustahil bahwa kau hanya petualang F-rank!!」 (Gondo)

Tidak, aku berkata yang sebenarnya. Haruskah aku menunjukkan kartu guild-ku? Selagi aku mencari kartu guild, si adik berbalik dan melarikan diri.

「Tunggu sebentar, aku bakal menunjukkannya padamu!!」 (Wazu)

Aku berpindah di depan si adik sepecepat kilat, tapi dia menyerangku dengan pedangnya sambil berteriak sebelum aku bisa menunjukkan kartu guild-ku.

「Uwaaa~a~a~a!!!!」 (Gondo)

*pakiiiiin*

Karena pedangnya mengarah ke kepalaku, aku mencoba menangkapnya dengan jariku jadi tak' akan mengenai Meru. Tapi itu malah pecah. Entah kenapa, aku merasa bersalah. Si adik tercengang ketika melihat pedangnya pecah. Aku merasa tak mau menunjukkan kartu guild-ku lagi jadi aku menghajarnya dan melemparnya ke gundukan bandit.

Aku merasa bermasalah di depan gundukan itu. Aku bisa meninggalkan mereka begitu saja tapi bagaimana jika mereka terbangun terus kabur. Sementara aku memikirkan apa yang perlu dilakukan, sebuah ide melintas di benakku. Tapi pertama, aku meminta Meru untuk mencari penduduk desa yang seharusnya telah ditahan di suatu tempat. Selagi Meru terbang di sekitar desa, Aku dengan ringan memukul tanah di alun-alun untuk membuat lubang yang muat buat 4-5 orang. Aku mengubur bandit itu ke dalam lubang sambil meninggalkan kepala mereka di luar. Aku membuat lubang serupa untuk mengubur bandit lainnya.

Aku mengulangi hal yang sama beberapa kali. Akhirnya, aku selesai mengubur si adik di lubang untuk satu orang. Saat Meru kembali, aku menengadah dan menunggu dirinya. Tapi dia malah mendarat di wajahku, setelah sedikit berjuang memanjat ke atas kepalaku dia menunjukkan tangan kecilnya ke satu arah.

「Haruskah aku pergi ke sana?」 (Wazu)

「Kyui~!」 (Meru)

Tempat yang ditunjuk Meru adalah aula pertemuan desa. Ada dua orang yang bertindak sebagai penjaga, aku mengubur mereka seperti halnya bandit lain. Ada gembok besar yang disiapkan oleh para bandit di pintu tapi dengan *eii*  aku menjentikkannya menjadi dua. Ada banyak orang di dalam saat aku membuka pintu. Perhatian semua orang tertuju padaku.

「Siapa kau....? Salah seorang bandit....?」

Karena itu sedikit aneh untuk melihatku memasuki Aula pertemuan sendirian, seorang tetua bertanya untuk meminta konfirmasi dariku. Aku dengan ringkas menjelaskan situasi saat ini dan membebaskan semua orang. Mereka mengucapkan terima kasih kepadaku dan aku mengetahui bahwa tetua tadi adalah kepala desa. Aku memberitahu kepala desa kalau temanku masih bertarung dengan bandit lain jadi aku bakal bergabung dengannya. Aku meminta beberapa petualang untuk mengawasi bandit yang kukubur di tanah. Aku meminta Meru untuk menemukan lokasi Orlando dari baunya. Aku segera bergegas saat Meru menunjuk ke satu arah.

Orlando, tolong tetap selamat....