Bab 89 - Ayo Bertemu Orang Tua Meru.




Aku menuju ke istananya Ragnil di puncak gunung. Aku lari tergesa-gesa karena tidak bisa membuang banyak waktu, jadi kecepatanku relatif lebih cepat dari biasanya. Aku memegangi Meru yang menempelkan cakarnya pada kepalaku dengan satu tangan jadi dia tidak akan jatuh.

Setelah berlari sekitar satu jam, kami sampai di hutan yang luas di kaki gunung. Berhubung kami menemukan tumbuhan kacang di sana-sini saat di jalan, kami memetik itu dan memutuskan rehat di tempat terbuka untuk sementara.

Kelompok sekitar 15 orang keluar dari balik pohon dan mengepung kami. Mereka memegang pedang, pisau, kapak dll. Mereka adalah bandit, tidak peduli berapa kali pun kau melihatnya. Pria kasar dengan perlengkapan terbaik dan fisik bagus dari kelompok tersebut, melangkah maju dan mengancam kami.

「Hahaha!!! Aku yang hebat ini adalah bandit yang memerintah hutan ini!!!」

「Aku dan Meru sedang dalam---

*baaamm*

---waktu ngemil!!」 (Wazu)

*bam-bam-bam-bam*

Aku mengirim bandit terbang ke suatu tempat yang jauh dengan pukulan dalam sekejap mata. Ya ampun, mereka mengganggu waktu penyembuhan antara aku dan Meru setelah sekian lama. Aku tidak keberatan sih memberi mereka porsi kedua jika mereka masih hidup. Oh, aku akan membiarkan Freud jadi lawan mereka.

Tidak ada masalah yang terjadi setelah itu. Aku mulai mendaki gunung yang berdiri di pusat benua. Aku terus melangkah maju meski cuaca terus berubah-ubah. Hal itu tidak berpengaruh pada diriku.

Aku lega Meru juga tidak tampak punya masalah apa pun dengan cuaca ini. Melakukan ini-itu sambil terus maju, aku bertemu mereka lagi.



Dua monster seperti kucing dan monster seperti ikan....



Mereka mengelilingi api unggun di bawah pohon besar, sepertinya mereka sedang makan sekarang. Monster seperti kucing memakan ikan kecil bakar, sedangkan monster seperti ikan memakan ikan besar bakar dan beberapa macam daging bergantian di masing-masing tangan.

Ini salah. Ini adegan surealisme. Atau lebih tepatnya, Berjuanglah monster seperti kucing. Jangan terlihat begitu menyedihkan. Karena ada monster seperti ikan besar di sampingmu, makan itu!!

Selagi memikirkan hal seperti itu, mereka melihat kehadiran kami di tempat ini. Meru dan aku menghentikan gerakan sambil menatap mereka. Keduanya dalam diam melirik kami kembali sambil terus menggerakkan mulut mereka pada makanan dengan tidak sabaran.

Terus, karena makanan monster seperti kucing aslinya hanya ikan kecil, dia menyelesaikannya dengan segera. Di lain pihak, monster seperti ikan masih makan karena awalnya dia punya banyak makanan. Monster seperti kucing menatap monster seperti ikan itu dengan iri.

Aku tidak bisa menahannya lagi. Aku seketika menerjang dan menendang mereka begitu saja.

*baaaam!!!*

「Kucing seharusnya jadi predator ikan!!」 (Wazu)

Mereka yang tertendang olehku terbang ke suatu tempat yang jauh sampai tidak terlihat lagi. Karena mereka monster, mereka mungkin tidak akan mati. Aku tidak bermaksud membunuh mereka pada awalnya.

Karena kurasa aku ingin monster seperti kucing itu bekerja keras. Yakinlah untuk mengalahkan monster seperti ikan itu dan berdirilah di puncak. Tunjukkan padaku bahwa kau bosnya. Pasti, kau bisa melakukannya. Aku mendukungmu!!

Aku menatap ke arah kedua orang itu menghilang. Aku juga berpikir harus melakukan yang terbaik sendiri dan berlari menuju istana lagi.

Monster menyerang beberapa kali sebelum kami sampai, tapi mereka semua jatuh dengan satu pukulan. Namun aku merasa gelisah. Entah kenapa aku merasa seperti ada yang ganjil ketika memasuki gunung.... begitulah perasaanku.

Meru dan aku mencapai kastil dalam sehari. Sepertinya lebih baik menginap di sini nanti malam. Aku ingin Meru menghabiskan waktu yang berharga dengan orang tuanya juga. Selagi berpikir begitu, aku perlahan membuka pintu istana.





Di sisi lain pintu, ada Ragnil yang teliti membersihkan istana dengan kemoceng.





Aku perlahan menutup pintu kembali.





Hmm? Aku ragu apakah aku terlalu lelah? Kurasa aku telah melihat Ragnil melakukan sesuatu tidak tepat bagi raja naga. Aku yakin itu hanyalah imajinasiku. Aku perlahan membuka pintu lagi.

「Meskipun aku tidak selingkuh.... kenapa aku harus dihukum....?」 (Ragnil)

Selagi bilang begitu, dia menggunakan kemoceng untuk membersihkan sekitarnya dengan *wush-wush*. Kau belum dimaafkan....? Selagi bertanya-tanya mengenai apa yang harus kulakukan di situasi ini, aku merasa berat di kepalaku pergi. Meru terbang menuju Ragnil.

Ragnil menyadari Meru yang makin mendekat padanya sambil mengepakkan sayapnya dengan riang.

「Hmm? Ooh, Meru!! Bagaimana kabarmu? Apa kau makan dengan benar?」 (Ragnil)

「Kyuii~! Kyuii~!」 (Meru)

「Itu bagus!! Kalau dipikir lagi, bagaimana dengan Wazu....」 (Ragnil)

Mata kami bertemu. Sepertinya dia baru menyadariku. Kami saling melihat mata masing-masing dalam diam untuk sesaat....

「............」 (Ragnil)

「............」 (Wazu)

「....Yang penting, masuk dulu!」 (Ragnil)

「....Ye-Yea jangan kuatir!! Aku takkan bilang pada siapa pun!! Aku akan melupakan segalanya yang kulihat barusan」 (Wazu)

「....maaf, tolong lakukan itu!」 (Ragnil)

Aku tidak ingin melihat raja naga dalam situasi yang menyedihkan.... Ragnil memanduku memasuki istana dengan Meru yang menempel perutnya dengan ceria.