Bab 90 - Air Mata White Dragon.




Ragnil memanduku ke tempat yang merupakan aula besar di istana. Ada Meral yang sedang rebahan dengan nyaman di tempat itu. Meru, yang melihat sosok Meral, lekas memisahkan dirinya dari Ragnil dan terbang menuju tempat Meral. Ragnil yang melihat Meru meninggalkan dirinya tampak kesepian.

Tabahlah papa dragon!!

Meru melayang di atas Meral sebelum ia terjun menuju wajah Meral dan mulai mengusapkan wajahnya ke Meral.

「Oh Meru? Fufufu.... sepertinya kamu pulang untuk berkunjung. Aku senang akhirnya bisa bertemu kamu. Apakah kamu jadi sedikit bertambah besar?」 (Meral)

「Kyuiii~!! Kyuii~!!」 (Meru)

「Bagitu. Kamu bersenang-senang ya. senang mendengarnya.」 (Meral)

Aku perlahan mendekati keduanya.

「Sudah lama ya, Meral」 (Wazu)

「Yea, Wazu juga sepertinya sehat-sehat saja. Tampaknya kamu sudah merawat Meru dengan baik, aku merasa lega」 (Meral)

「Begitulah, meski berbagai hal telah terjadi. Karena kami akan bermalam di sini, kalian harus menikmati waktu keluarga kalian secara maksimal」 (Wazu)

「Aku mengerti. Terima kasih!!」 (Meral)

Meral mengangkat sudut mulutnya dan menunjukkanku sebuah senyum dragon yang bahagia ketika aku berkata begitu.

「Aku senang dengan tawaran itu, tapi kenapa Wazu ke sini? Apakah kamu ke sini hanya untuk membiarkan kami melihat Meru?」 (Meral)

「Tidak, sebenarnya....」 (Wazu)

Aku memberitahunya alasan kenapa aku datang kemari. Aku melewatkan detail seperti mendengar informasi ini dari dewi-dewi untuk jaga-jaga.

「Begitu ya, kamu mencari ibu dengan situasi semacam itu. Kalau begitu, kenapa kamu tidak langsung tanya ibuku saja? Kurasa dia akan mendengarkan jika itu Wazu yang meminta」 (Meral)

「Oh, beliau ada di sini?」 (Wazu)

「Yea, beliau di sini untuk mengawasi Ragnil. Kurasa beliau sedang baca buku di ruang belajar sekarang, Tempatnya berada di ruang paling dalam di lantai atas」 (Meral)

「Kyuui~ Kyuui~」 (Meru)



Aku menuju ke ruang terdalam di ujung koridor setelah mengetuk pintu besar. Di sana terdapat sebuah aula luar biasa megahnya yang lebih besar dari aula besar tadi.

Rak buku besar yang mencapai langit-langit, dengan tinggi yang tidak dapat dicapai kecuali naga terbang, ditutupi oleh dinding di sekitarnya. Tiap rak buku dipenuhi oleh buku tanpa menyisakan sela sama sekali. Buku-buku itu tertata secara rapi.

Di dalam ruangan ini terdapat sejumlah meja dan kursi seukaran manusia yang membuatmu bertanya siapa yang akan membaca di sana. Di tengah itu, ada meja dan kursi naga berukuran besar. White dragon, Megil sedang membaca sambil mengenakan kaca mata di sana.

Megil, yang melihat kehadiranku, perlahan menutup bukunya dan mengalihkan perhatiannya kepadaku.

「Oh? Kalau tidak salah Wazu, 'kan? Tapi Meru sepertinya tidak bersamamu」 (Megil)

「Etto~, lama tidak bertemu, aku Wazu. Meru dengan orang tuanya di bawah」 (Wazu)

「Fumu, baguslah selama dia sehat. Aku juga harus pergi dan melihatnya nanti. Jadi, aku penasaran ada alasan apa sampai datang jauh-jauh ke sini?」 (Megil)

「Anda bisa tahu?」 (Wazu)

「Karena aku sudah hidup lama bukan tanpa alasan. Meski aku akan senang walau kau datang begitu saja jadi Meru dapat bertemu orang tuanya, tapi baru-baru ini aku merasa atmosfir di gunung ini berubah agak aneh」 (Megil)

Sepertinya Megil juga merasakan perasaan ganjil yang aku rasakan ketika aku memasuki gunung ini.

「Maaf, ini bukan soal gunung tapi jika memungkinkan, aku ingin meminta bantuan anda....」 (Wazu)

Dan kemudian, aku menjelaskan tentang situasi pahlawan utara, Haosui. Seperti sebelumnya, aku melewatkan detail mengenai dewi-dewi....

「....aku mengerti. Tapi Wazu, dari mana informasi ini kau dapatkan?」 (Megil)

「Eh?」 (Wazu)

*glek!!* kenapa ia menanyakannya?

「Ada apa? Kau tidak bisa memberitahukannya?」 (Megil)

「.......」 (Wazu)

Tidak ada pilihan lain.... aku di posisi peminta bantuan sekarang ini. Memang sih aku tidak terlalu akrab dengan Megil, tapi ayo bicara jujur untuk mendapat kepercayaannya. Meski aku tidak tau apakah ia bisa percaya padaku. Ma~, jika tidak berjalan lancar aku akan menunjukkan kartu guild-ku padanya.

Aku bilang padanya aku dapat informasi ini dari dewi-dewi. Wajahnya mengendur dan dia mulai tertawa terbahak-bahak.

「Ha-Ha-Ha-Ha!!! Begitu ya, kau mendengarnya dari dewi-dewi!!」 (Megil)

「Eh? Apakah anda percaya?」 (Wazu)

「Yea, aku mempercayaimu sejak pertama aku mempercayakan Meru padamu. Namun, hanya segelintir orang yang diberi tahu tentang kekuatan air mata white dragon, bahkan di antara ras ryuujin. Kupikir dari mana kau mendengarnya.... jadi hal itu dari dewi-dewi, membuatnya sedikit masuk akal. Sepertinya kau sangat disukai oleh mereka」 (Megil)

「Ha-hahaha....」 (Wazu)

Aku tidak bisa bilang mereka menyukaiku sejauh menginginkan hubungan fisik.

「Namun, jadi nostalgia ya.... aku tidak dengar apa pun dari waktu itu.... tapi sepertinya mereka baik-baik saja」 (Megil)
(T/N: aku ngak tahu yang disebut 'mereka' itu siapa)

「....Eh? Apakah itu kenalan anda?」 (Wazu)

「Cuma cerita saat dulu」 (Megil)

「He~e....dulu?」 (Wazu)

「Tak baik menggali lebih dalam rahasia wanita, bukan?」 (Megil)

「Maafkan aku....」 (Wazu)

Hal itu terlintas seketika, "Seberapa lama dulu itu?" Tapi aku langsung berkecil hati kala memikirkan hal itu. Mungkin hanya imajinasiku saja, tapi aku punya perasaan bahwa dewi dalam kartu guildku mulai ribut. Ma~, aku tidak akan memeriksanya.

「Jadi, tentang cerita dari pahlawan ini....」 (Megil)

「Ya?」 (Wazu)

「Apa warna rambut gadis Haosui ini?」 (Megil)

「Warnanya hijau」 (Wazu)

「Oh begitu.... kurasa darah naga yang dia warisi itu akan membuatnya cukup kuat untuk menjadi pahlawan.... begitu ya....」 (Megil)

「........」 (Wazu)

Emm~ ada banyak hal yang ingin kutanyakan sejak tadi, tapi ayo tahan saja.

「Baiklah, Tenang saja. Aku adalah White Dragon kelas seribu tahun, jika kau bisa menyelamatkan anak ini menggunakan air mataku, maka kau bisa mengambilnya sebanyak yang kau mau!!」 (Megil)

「Terima kasih banyak」 (Wazu)

Kami turun ke lantai pertama untuk mengambil botol kosong guna menyimpan air mata.

Meru melekat ke Megil dengan erat begitu kami tiba di lantai pertama. Sepertinya ia senang bertemu dengan neneknya.

Megil yang membelai punggung Meru dengan bahagia, Meral yang puas menyaksikan mereka, Ragnil yang terlihat iri, adegan ini membuatku ingat betapa kuat ikatan keluarga ini.
(T/N: hmmm.... wait, something went wrong...)

Megil menaruh air mata ke dalam botol kosong yang di siapkan Meral dan setelah itu, kami menikmati waktu di istana ini.