Beribu Kasih Sayang


Pendewaan telah diaktifkan dalam kemarahan. Aku melihat ke langit-langit di mana aku jatuh sebelumnya dan mengangguk sekali.

「...anehnya, entah kenapa aku mengerti apa yang bisa kulakukan. Memang mudah keluar dari sini tapi... sebelum itu」 (Wazu)

Aku memeriksa sekitarku. Ada ratusan golem dan putrinya Deizu-san. Aku tidak melihat suatu masalah yang terlalu. Aku menggaet putrinya Deizu dengan satu tangan.

「Kau? Bentar! Maksudnya apa ini!?」 (Maorin)

Putrinya Deizu-san terkejut atas kelakuan mendadakku. Dia dengan panik mengepakkan anggota badannya untuk terbebas dari lenganku tetapi gagal.

「Jangan berontak! Aku cuma berusaha mengeluarkan kita dari sini」 (Wazu)

「Aku nggak papa! Tinggalin saja aku di sini! Aku nggak bisa ninggalin mayat rekan senegaraku!」 (Maorin)

Putrinya Deizu-san menjawab kata-kataku sambil mengarahkan mata penuh tekad padaku.

Aku ingin tahu apakah aku harus meninggalkannya seperti yang dia katakan... tetapi Deizu sedang mencari dia... aku juga tidak ingin meninggalkannya di tempat ini sendirian...

「Dan kalau aku pergi dari sini, boneka batu itu mungkin akan melakukan sesuatu kepada mayat-mayat!! Aku nggak bisa membiarkan perilaku yang bisa mengotori kematian!! Aku ingin mengembalikan mereka ke keluarganya dengan benar!!」 (Maorin)

Houu... aku tertarik dengan kata-kata itu dan bertindak untuk menghentikan kekhawatirannya.

「Gilas(Gravity)」 (Wazu)

Aku mengucapkan sebuah kata dan mengunakan "Sihir Unik : Dewa". Sebagai tanggapan kata itu, semua golem di tempat ini digilas dari atas ke bawah, mereka menjadi batu gepeng seperti lempengan dan berubah hening.

「Perlindungan Sempurna(All Barrier)」 (Wazu)

Mayat para beastman diselimuti oleh selaput tipis pada kataku selanjutnya. Ketika aku mengalihkan mataku ke putrinya Deizu-san untuk memastikan apakah itu sudah cukup bagus, dia memasang ekspresi terpana dengan mulut terbuka lebar. Hmm? Ada apa?

「...apa yang sebenernya kau lakukan?」 (Maorin)

「Hah? Hmm... aku menggilas golem-golem menggunakan tekanan gravitasi dan memasang penghalang kuat jadi nggak seorang pun bisa bermain-main dengan mayatnya. Sekarang kau bisa meninggalkan tempat ini dengan ringan hati, 'kan? Putuskan apa yang perlu dilakukan dengan tubuh-tubuh itu setelah berkonsultasi dengan Deizu. Hingga nanti, tubuh mereka akan dilindungi oleh penghalang. Lebih baik kau bertemu Deizu dulu」 (Wazu)

「Ye-Yeah...」 (Maorin)

Dia tampaknya masih dalam kondisi linglung. Ayo kita biarkan saja dia karena akan memakan terlalu lama. Takkan ada masalah selama aku membawa dia untuk bertemu Deizu.

Aku melepaskan semua kekuatan dalam tubuhku ke dalam kaki dan melompat sekuat mungkin.

Aku ke atas dengan kecepatan yang luar bisa. Setelah mencapai langit-langit yang sebelumnya adalah lubang jebakan dalam seper sekian detik, aku mengangkat tinjuku tinggi-tinggi.

*baaaaaaaaaaaaaaam!!*

Aku kembali ke ruang singgasana sambil memeluk putrinya Deizu, bersamaan dengan suara penghancuran itu.



Aku melihat-lihat ruangan dimana asap masih menari karena dampak ledakan, untuk memeriksa situasi. Ada beberapa golem serupa di dalam ruangan dan tiga orang dari kelompok orang yang ngaku-ngaku jadi raja dunia, yang mana akan kubonyokin setelah ini.

Tiga orang sedang tercengang memandang diriku. Sepertinya penampilanku sekarang sangat tak terduga untuk mereka.

Di sisi yang berlawanan ada Naminissa dan Narellina. Di belakangnya ada Sarona, Tata yang memegang Meru, Haosui, dan Kagane. Aku menuju ke kelompok Sarona dulu.

Anggota kelompok itu menyipitkan mata mereka sambil memandangku dengan bahagia. Tetapi aku sedikit risau dengan Kagane yang jadi antusias mengenai penampilanku karena suatu alasan.

「Dia adalah putrinya Deizu-san yang kutemui di bawah sana. Tunggu saja di sini bersama dengan dia」 (Wazu)

Mengatakan itu, aku dengan lembut melepas putrinya Deizu-san. Sarona mengangguk sekali dan kemudian menerimanya. Aku meninggalkan tempat setelah berkata "serahkan sisanya padaku".

Tentu saja, selanjutnya aku menuju ke tempat Naminissa dan Narellina.

Naminissa memiliki ekspresi lega karena melihat sosokku mendekat, sementara wajah menangisnya Narellina tampak makin kusut ketimbang gambar yang kulihat sebelumnya. Hatiku sakit ketika memandang dirinya.



Itu karena aku membutuhkan waktu lama untuk bertindak...



Itu bukanlah wajah yang ingin aku lihat...



Aku sudah memutuskan bahwa aku akan percaya pada perasaan mereka dan bangkit...



Meskipun mereka mengkhianatiku nantinya... apa pun yang terjadi, biarkan saja terjadi...



Aku tidak mau melihat mereka terluka lebih dari ini...



Aku akan bertindak sesuai perasaan...



Yah, meski itu masih mustahil untuk tiba-tiba memandang adikku Kagane sebagai seorang wanita.



「Narellina...!」 (Wazu)

Aku memanggil namanya, erat memeluk dia sambil membuatnya berdiri di tempat, dan kemudian mencium dirinya. Aku menempatkan beribu kasih sayang untuk membuat dia melupakan kejadian sebelumnya...



Dia dengan penuh ketakutan menangis lagi ketika aku memisahkan bibirku dan menatap wajahnya. Tetapi kali ini adalah air mata bahagia yang muncul dari wajah bahagianya.

Dia telah mengetahui masa laluku. Aku rasa dia menangis karena takut aku akan menghilang lagi karena apa yang terjadi barusan.

Aku bicara pada Narellina dengan suara yang bisa didengar oleh semuanya, untuk membuat mereka merasa nyaman.

「Ya, benar... aku nggak akan menghilang... aku akan tetap bersama kalian selamanya!!」 (Wazu)

Terhadap kata-kata itu, Narellina menangis lebih kencang lagi sedangkan Naminissa dengan bahagia menunjukkan senyum lembut. Pastinya, anggota lainnya akan memiliki ekspresi yang serupa.

「Aku nggak mau berpisah lagi... aku sangat mencintaimu...」 (Narellina)

Narellina membenamkan kepalanya pada dadaku dan berkata begitu dengan suara lirih. Aku ringan mencium Narellina kali ini sebelum membiarkan dia bergabung dengan anggota lain.

Karena Naminissa melihat itu dengan iri, aku akan melakukan hal yang sama kepada Naminissa... tidak, kepada semua anggota nanti...

Setelah memastikan Narellina dan Naminissa sudah bergabung dengan anggota lain, aku perlahan mengambil satu langkah ke depan.

Di hadapanku, kelompok dari orang yang ngaku-ngaku jadi raja dan golem-golem sedang menanti. Aku mengarahkan tatapan dingin layaknya dewa sombong ke arah kelompok itu.

「Yo~ kau benar-benar pergi dan melakukannya... Melukai istri-istriku adalah dosa besar... aku harap kau siap dengan konsekuensinya!」 (Wazu)

Aku beneeeran lagi bete sekarang.