Demi Menyelamatkan Deizu


Seorang wanita yang mengakui dirinya sendiri sebagai Dewi muncul di depan mataku.

Kau bercanda, kan? Atau begitulah menurutku, tetapi aura suci menyelimuti dirinya, dan situasi saat ini di mana semua orang selain diriku meniarapkan diri mereka.... (Oh, Haosui berdiri sekarang....) sepertinya dia memang beneran dewi.

Dia beralih ke sini dan tersenyum bahagia sebelum mengatakan sepatah kalimat padaku.

「Ini pertama kalinya kita bertemu dalam situasi seperti ini」 (Dewi)

「Yah.... itu.... eng, apa anda beneran Dewi?」 (Wazu)

「Tentu saja, aku dewi asli」 (Dewi)

「Be-Benar? Ka-Kalau begitu, kenapa dewi datang ke sini?」 (Wazu)

「Tentu saja, aku ke sini untuk memenangkan cinta Wazu-san, ♪tehe♪」 (Dewi)

Tidak ada satu pun titik keraguan di matanya saat dia berkata begitu kepadaku. Eh? Serius? Percakapan mereka di kartu guild-ku itu serius?

Lebih penting lagi, Haosui bereaksi terhadap ucapan Dewi dan mengarahkan mata penuh haus darah ke sini....

A-Ada apa? Matamu menyeramkan, lo? Aku menggeser pandanganku ke arah Sarona-san dan kelompoknya yang berada di dekat Haosui, aku merasa dingin mengalir di tulang belakangku....

Aku akan mengabaikan mereka untuk sekarang. Karena Dewi di sini sekrang, pembicaraannya jadi cepat. Mari bertanya cara menyelamatkan Deizu.

「Ada sesuatu yang ingin kupinta dari Dewi-sama, boleh?」 (Wazu)

「Gimana ya? Kuharap aku bisa mengatakan sesuatu yang memberi lebih banyak---」 (Dewi)

「Pria di sebelah sana adalah Deizu. Aku ingin menyelamatkannya tetapi.... bisakah anda melakukan sesuatu tentang itu?」 (Wazu)

「---baam~!!」 (Dewi)

Mirip Dewi banget, sekarang aku beneran percaya bahwa dia adalah Dewi yang sama dengan yang dari kartu guild-ku. Aku merasa pusing, dia seperti halnya Floyd, aku tidak bisa mempertahankan percakapan yang layak dengan dirinya. Lupakan, ayo terus bercakap.

「Jadi, bagaimana?」 (Wazu)

「Eee~!! Ayo saling mengakrabkan diri~!! Padahal kita akhirnya dapat saling bertemu~!! Boo~ Boo~!!」 (Dewi)

*Kesel*
(TN: lu taukan, muncul otot di kepala ketika sedang marah)

Nggak guna. Ini terasa kayak bicara dengan bocah.

「Iya. Iya. Aku mengerti.... Aku hanya perlu memeriksanya,kan....? Boo~!!」 (Dewi)

Dewi-sama mengalihkan matanya ke arah Deizu, *fun-fun* kemudian mulai mengangguk. Dia mengalihkan matanya kepadaku lagi ketika dia selesai memeriksa setelah mengangguk beberapa kali.

「Dia bisa diselamatkan!!」 (Dewi)

「Sungguh!?」 (Wazu)

「Ya, tetapi itu mengambil segalanya dariku hanya untuk berwujud di tempat ini, jika ada orang lain yang bisa menyelamatkan dia, orang itu adalah Wazu-san」 (Dewi)

「Aku....?」 (Wazu)

「Ya!!」 (Dewi)

Eh? Bisakah aku menyelamatkannya? Aku tidak berpikir bisa melakukan itu sih.... Selagi aku memikirkan hal itu, Dewi-sama bertahap mendekatiku dan kemudian berbisik.

「Kamu hanya perlu menggunakan "Pendewaan"」 (Dewi)

「Eh?」 (Wazu)

Aku mundur sedikit ketika Dewi mengatakan itu dengan senyum cerah.

「Yang itu?」 (Wazu)

「Iya, yang itu!」 (Dewi)

Umu.... Aku sebenarnya ingin menghindari itu jika memungkinkan.... Aku memandang Gio-san yang masih bertiarap.

Yah, Gio-san sudah meminta pertolonganku.... dan yang jahat adalah orang-orang yang menculik putri Deizu pada awalnya.... apa boleh buat.

「Aku mengerti. Kurasa tidak ada pilihan lain tetapi aku masih tidak tau bagaimana mengaktifkannya」 (Wazu)

「Oh, benar juga. Soal itu....」 (Dewi)

Hmm? Dewi agak terlalu dekat, bukan?



Begitu aku memikirkan itu, dia mencuri bibirku.

「Mhnn~!!」 (Wazu)

Dewi melingkarkan lengannya pada leherku guna mencegahku melarikan diri. Terlebih, lidahnya menyerang mulutku.

Sepertinya ini akan berlanjut untuk sementara, tetapi kemudian Dewi melepaskanku kala merasakan sosok Haosui mendekat.

Haosui berhenti di tempat ketika aku memberi tahunya bahwa segalanya baik-baik saja dengan sebuah isyarat tangan. Tadi itu berbahaya.... Aku membayangkan pertarungan antara Pahlawan vs Dewi untuk sesaat.

Ini adalah rahasia bahwa aku merinding melihat gerakan Dewi menjilati bibirnya untuk menikmati rasa setelahnya.

「Apa yang tiba-tiba anda lakukan!?」 (Wazu)

「Aku hanya membantu menyelesaikan masalahmu」 (Dewi)

「Tidak-Tidak-Tidak, Tadi itu.... itu....」 (Wazu)

Aku menyadari ada yang berubah di dalam tubuhku. Aku merasa seperti bisa menghidupkan / mematikan Pendewaan dengan kehendekku sendiri sekarang.

「Yang benar saja....」 (Wazu)

「Informasi fisikmu telah diperbarui setelah berkontak denganku. Mulai dari sekarang, kamu bisa menggunakan itu dengan bebas」 (Dewi)

「Berkontak.... jika begitu, itu bisa lakukan dengan hanya memegang tangan....」 (Wazu)

「♪Tehe~」 (Dewi)

Dewi-sama tersenyum sambil berpura-pura. Aku tidak akan terbodohi dengan senyuman itu!! Tapi itu begitu imut, sialan!!

Aku tidak ingin melakukan sampai segitunya tetapi.... aku menarik napas dalam-dalam dan mengkonsentrasikan kekuatan dalam tubuhku.

「Hmm....」 (Wazu)

Saat itu, aku menyadari bahwa skill Pendewaan telah dipanggil. Aku menutup dan membuka telapak tangan untuk memeriksa kondisiku. Sepertinya Pendewaan telah benar-benar menjadi milikku. Tidak ada perasaan aku menjadi orang yang berbeda seperti terakhir kali menggunakan skill ini. Itu ingatan yang tak menyenangkan, ayo fokus ke situasi saat ini.

「Menakjubkan....」 (Dewi)

Dewi terpana melihatku di kondisi seperti itu. Abaikan itu! Ayo tinggalkan dia sendirian! Sekarang ada hal lain yang harus dilakukan. Aku mengalihkan mataku untuk mengamati kondisi Deizu. Dalam mode Pendewaan, kini aku bisa mengerti apa yang harus dilakukan dengannya.

Aku mengarahkan telapak tanganku menuju Deizu. Sihir Unik : Dewa, bisa digunakan dalam kondisiku sekarang. Itu tidak memerlukan kekuatan sihir. Ini adalah semacam fenomena, itu terealisasikan atau terjadi jika aku memikirkan tentang itu.

Aku menahan kekuatan sihir yang meluap dari bola merah dalam tubuh Deizu dan kemudian menahannya. Aku menghapus kekuatan sihir yang terakumulasi dan menyembuhkan semua lukanya. Sesaat setelah itu, semua bagian hitam pada tubuhnya perlahan memudar dan pulih ke warna emas aslinya.

*dokun* aku memastikan bahwa jantungnya berdetak dengan benar. Aku melepas mode Pendewaan dan kembali ke diriku yang normal.

「Fwuh~」 (Wazu)

「Sepertinya segalanya berjalan dengan mulus」 (Dewi)

Aku pun berpikir begitu saat menghela napas panjang.



Bagus, selanjutnya....



「Yah, aku harus pergi sekarang!」 (Wazu)

Aku bilang begitu dan berusaha meninggalkan tempat ini seketika tetapi....



「「「「「Pergi ke mana....?」」」」」



Sebelum aku tau, semuanya sudah memblokir rute kaburku. Aku memandang ke surga di langit yang jauh.

「「「「「Ada berbagai hal yang perlu kita bicarakan....」」」」」

「Y-Ya....!!」 (Wazu)

Meru mendarat di kepalaku. Oh, selamat datang....